Beberapa hari yang lalu gue baru aja
dikabari sama temen lama gue kalo si Fina (sebut saja demikian) akan menikah
dalam waktu dekat ini. Fina adalah temen gue sewaktu masih kuliah di Poltekkes dulu.
Mendengar kabar gembira tersebut, gue ngerasa badan ini seolah semakin
bertambah usia saja. Karena pada dasarnya, Fina bukanlah orang pertama dari
sekian banyak temen-temen gue yang udah melanjutkan hubungan seriusnya sampai
naik ke plaminan.
-
-
-
Pernikahan.
Entah kenapa kata-kata itu menjadi momok
yang sangat menakutkan untuk didengar sebagian banyak orang. Justru juga malah
sebaliknya. Kata-kata itu juga merupakan hal yang sangat begitu diidam-idamkan
secepatnya hadir bagi sebagian banyak orang.
Terkadang, hal yang paling membuat kita
malas untuk datang ke acara suatu pernikahan temen tuh kalo pas lagi apes
ketemu sama temen-temen yang mana sejauh mata memandangnya aja udah bikin kita
gondok duluan. Basa-basi yang paling males pas ketemu manusia-manusia seperti
itu pada saat mereka membuka obrolan baru. Entah kenapa mereka biasanya
mengawali sapaan sederhana dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedikit bikin
nyesek untuk didengar, seperti: “Eh, elu, apakabar?
Sendiri aja? Pacar lo mana?.” Uuugghhhttt.. Rasanya kalo ada temen yang
nanya kek gitu, bawaannya gue berasa pengin ngacak-ngacak tong sampah di
pestaan sambil teriak: “Aku hina, kawaann..
Aku hinaa.. Jauhi akuu.. Tolong jauhi akuuu sekaranggg..!!!”
Masih mending, sih, kalo ada temen yang
bertanya: “Pacar
lo mana?.” Ketimbang ada temen yang bertanya jauh lebih sadis daripada itu,
kayak: “Eh, elu,
apakabar? Sendiri aja? Btw, lo kapan, nih, nyusul?.” Jeger! Sewaktu ada
temen yang bertanya kek gitu, rasanya pengiinnn… banget gue acak-acak
rambutnya. Yang ada dalam hati malah bikin kita tambah gerutu: “Jelas-jelas gue
datang aja sendiri, pake lo tanya lagi kapan nyusul?!!” *siramin air panas
yang mendidih ke mukanya*
-
-
-
Hmm..
Sebenernya capek juga, ya, ngejawab
pertanyaan-pertanyaan dari Orangtua kita, Kakak, Adik, Om, Tante, Saudara,
Sepupu, Temen, atau siapapun itu yang kalo misalkan pas kita lagi asik-asiknya
ngobrol (atau sedang lagi dalam acara keluarga), dan begitu kehabisan bahan
obrolan, topik awal pembuka obrolan baru mereka itu malah diawali dengan
pertanyaan: “Jadi,
kapan nikah?.” Atau.. “Perasaan kamu
kondangan mulu, kapan dikondangin???.” Kadang yang lebih parahnya lagi: “Kok di rumah aja?
Gak malam mingguan? Pacarnya mana???.”
Ya ampuuunnn..
Di situ gue kadangan pengiiin.. banget ngejawab
ngelantur: “Pacarku
sedang tertawa bahagia bersama orang lain, Mah.. Sedangkan aku lagi fokus sama
kuliahku.. Tapi Mama tenang aja, kalo pun pacarnya yang sekarang ini membuat
pacarku menangis, aku gak akan tinggal diam, akan ku hapus air matanya itu..”
Eaaaa!!!
-
-
-
Yah, begitulah..
Untuk saat ini, hal-hal seperti itulah
yang terkadang membuat kita kurang berminat yang namanya datang ke acara suatu
pernikahan. Bukan. Bukannya tidak senang (dan tidak suka) datang ke acara suatu
pernikahan teman atau siapapun itu. Gak sedikit kok dari para jomblo di luaran
sana (ya termaksud gue juga sih) yang suka berfikir: “Enak, ya, yang punya
pacar, seenggaknya ada teman untuk berbagi cerita, bla.. blaa.. blaaa…”
Atau apalah dengan bayangan-bayangan indah kita mengenai mereka. Padahal, gak
sedikit juga dari mereka yang statusnya
berpacaran saat ini tuh gak luput dari yang namanya berantem mulu. Iya.
Berantem. Itu pacaran apa tanding tinju? Kerjaannya berantemmmm.. muluuu..
Ckckck..
Justru terkadang mereka yang statusnya
udah terlalu lama pacaran di luaran sana itu, hari-harinya malahan sering
terasa jenuh dan monoton. Kenapa? Karena kalo orang pacaran itu aktivitas
hariannya ya gak jauh-jauh, kayak: sms-an, teleponan, bbm-an, whatsapp-an, nge-line, video call-an,
dan palingan geh mentok maen ke luar. Seperti ke tempat temen, ke acara
pernikahan temen, kalo gak, mentok-mentok palingan geh pergi makan sama nonton 21 bareng. Gimana
gak monoton coba? Dari mulai awal mereka pacaran (sampe ke usia Annive-an pacaran
mereka yang ke berapa ratus tahun entah gue juga gak ngerti), ya gitu-gitu aja
terusss... Sampe lo denger kabar tau-tau Naruto bentar lagi mau diangkat jadi
Hokage. Belum lagi kalo pacarannya mencapai usia sampe lima tahunan atau bahkan
bisa lebih lama lagi dari itu, sebenernya itu pacaran apa kredit rumah, heh?!!
Intinya, gak semua orang yang statusnya berpacaran di luaran sana itu,
hari-hari mereka tuh “seindah” seperti apa yang sering kita bayangkan selama
ini. Gak semua. Inget, gak-se-mu-a.
-
-
-
Sendiri.
Di masa penantian untuk itu semua,
kesendirian merupakan hal yang paling mengganggu untuk mempercepat datangnya
proses giliran kita melanjutkan ke fase yang lebih serius; “melangkah ke
plaminan.” Fase itu memang tak bisa untuk kita hindari. Cepat atau lambat,
pastilah akan tiba saat di mana kita akan berjumpa pada fase tersebut. Fase di
mana kita akan duduk berdua bersama pasangan kita kelak. Fase di mana moment awal untuk
sejarah baru dalam perjalanan hidup kita akan dimulai.
Gue sering banget ketika sedang
membuka-buka social
media, gak sengaja ngeliat temen-temen gue yang udah nikah pada sibuk
sendiri dengan fase-fase barunya mereka tersebut. Seperti: Nge-share foto-foto
mereka bareng keluarga kecilnya. Nge-share foto jalan-jalan
bareng mertua dan para ipar-iparnya. Foto berdua bareng bayi mereka yang
lucu-lucu. Nge-share
foto suami / istri mereka yang lagi tidur ngorok gak beraturan (ini sih emang
kurang kerjaan). Terus, ada juga yang pada sibuk nge-share-nge-share-in
foto-foto bayi mereka yang dipakein atribut aneh-aneh. Foto yang kadangan bikin
gue ngakak gak habis pikir ngeliat kelakuan temen-temen gue itu terhadap
bayi-bayi mereka.
Waktu tuh gue pernah ngeliat temen gue
nge-share foto
anaknya yang dipakein kaca mata hitam sama jas hitam gitu. Gue ngakak ngeliat
tuh foto. Yang ada, anaknya itu sekilas kalo diperatiin malah kek boneka hidup
yang cuma bisa pasrah karena kelakuan konyol bokapnya. Mungkin dalam hati
kecilnya berkata: “Kenapaaa..
gue punya bokap kelakuannya kek gini amat…” Dan setelah gue pikir-pikir,
wajar sih.. Temen gue itu otaknya emang sedikit agak geser dari jaman kuliah
dulu. Hahaha..
Bukan cuma itu -
Masih banyak lagi segala macam bentuk,
rupa, tempat, atau apapun itu yang berhubungan dengan lembaran-lembaran baru
daripada fase-fase temen-temen gue yang lain. Menurut gue, itu semua lucu. Dan
terkadang kelakuan mereka itu sering banget buat gue senyum-senyum sendiri.
Tepatnya senyum tanpa sebab-akibat. Persis kayak orang gila. Kadang kita suka
bertanya-tanya penasaran dalam hati: “Gue nikah nanti usia
berapa, ya???.” “Jodoh
gue kira-kira nanti siapa, ya???.” “Kira-kira jodoh gue
sekarang lagi apa, ya???.” Dan masih banyak lagi segala macam bentuk tanda
tanya besar yang sifatnya masih sangat misterius sering kali terlintas di otak
kita. Akan tetapi, di tengah daripada itu semua, hati kecil gue emang gak bisa
berbohong. Kadang gue berbisik pelan dalam hati: “Kapan, ya, gue bisa
ada di fase seperti mereka ini?” : )))
-
-
-
Yups..
Hidup itu gak seperti drama korea. Yang
mana tiap endingnya pasti berujung indah. Bener gak? Emang lo pernah gitu
nonton film drama korea, yang endingnya malah si pemeran utamanya mati kena
lindas truck
tronton??? Baru dua episode,
filmnya langsung tamat. Iya, tamat. Soalnya pemeran utamanya udah mati tekapar
di atas aspal. Ada yang kayak gitu?
Demikian halnya dengan pasangan hidup.
Datangnya jodoh itu gak semulus pantat
bayi. Semua butuh proses. Semua butuh doa. Semua butuh usaha. Dan semua butuh
perjuangan. Selama itu semua berjalan dengan segala usaha dan waktu, gak ada
salahnya kita untuk; “sementara menunggu.”
Iya. Semua karena alasan itu. Banyak
alasan mengapa seseorang untuk lebih fokus memilih sendiri dalam jangka waktu
yang lama (yang mana kebanyakan orang lain tidak mengetahui dari alasan pribadi
kita itu). Ada yang disebabkan karena faktor masih trauma dengan hubungan
sebelumnya. Bisa juga disebabkan ada yang sedang fokus sama karirnya saat ini.
Sedang menikmati kesendirian saat ini. Bisa juga karena tuntutan kerja, sedang
mencoba memperbaiki diri, gak mau salah memilih untuk yang kesekian kali,
sedang belajar untuk lebih dewasa, mandiri, sedang berniat membahagiakan dan
atau belum ingin jauh dari kedua orangtua, ataupun ada juga yang hanya sekedar
sedang ingin menikmati hidup (dan kesendiriannya) saat ini bersama teman-teman
terdekatnya.
Buat kalian semua yang statusnya saat ini
“sendiri”, gak usah bersedih hati. Nikmati aja dulu kesendirian kalian saat
ini. Lakukanlah hal-hal yang sifatnya bermanfaat. Lakukan hal-hal yang sifatnya
positif. Banyak hal yang bisa kita lakukan di dalam kesendirian ini. Pertanyaan
dan rasa “ingin memiliki” dan “dimiliki,” menurut gue adalah rasa manusiawi.
Cuma, kita perlu inget, di tengah rasa penantian itu, kita semua juga perlu
koreksi diri, dengan sesekali bertanya dalam hati: “Kenapa sampai saat
ini gue masih (betah) sendiri?.”
Kita emang perlu sesekali mengorek-ngorek
pribadi kita masing-masing. Apakah dengan alasan pribadi yang membuat kita
merasa nyaman dengan kesendirian kita itu sudah saatnya kita lepaskan? Atau
sebaiknya tetap kita jalani saja dulu sampai kita tersadar untuk siap membuka
hati kita dengan lembaran yang baru? Jawabnya, hanya kita yang tahu. Inget,
karena di dalam suatu hubungan; “kita memerlukan dua
orang yang sama-sama saling memperjuangkan.”
Banyak sekali hal-hal positif yang bisa
kita lakukan dalam proses “sementara kita
menunggu” saat ini. Salah satunya; “memperbaiki diri sendiri.” Karena jodoh
kita tuh biasanya gak jauh-jauh gambarannya dari diri kita. Kalo kita baik, ya
jodoh kita juga biasanya orang baik-baik. Demikian pula sebaliknya. Di sini ada
yang pernah denger; “suami
sibuk begal sana-sini, istri sibuk dakwah ke sana-kemari?.” Enggak ada,
kan??? Dan buat kalian yang “sendirinya” disebabkan karena alasan suatu karir
atau sedang fokus pada pendidikan, menurut gue itu lebih baik. Yakin aja; “di balik karirmu
yang baik, terdapat cinta berkelas yang sedang menunggu.”
: )))
-
-
-
Intinya, di dalam kesendirian kita tuh
gak perlu minder. Jadilah diri sendiri. Tanpa harus menjadi “seperti” dan “berubah” dengan
menjadi orang lain agar kita cepat “memiliki” dan “dimiliki.”
Enggak. Gak perlu seperti itu. Kita gak perlu seperti itu. Jadilah menjadi diri
sendiri yang lebih baik dari versi diri kita yang sekarang ini. Karena: “Seseorang yang
benar-benar menyukaimu dengan tulus, tak akan pernah menghiraukan itu semua.”
Yah,.. apapun itu bentuk alasan
kesendirian kita, menunggu itu memang gak ada salahnya, kok. Akan tetapi pada
fase sementara
menunggu ini, kita juga harus ingat: “Kita pun memiliki
hak, untuk bahagia.” : )))